Sabtu, 27 November 2010

CINTA TERLARANG

Aku menatap kosong langit-langit kamar rumah sakit, entah mengapa aku sangat kehilangan dia, cinta yang terlarang untuk kami berdua, aku sangat mencintainya begitu dia juga mencintaiku tapi mengapa dia tega meninggalkanku.
“Nin” suara sahabatku Nanna, aku pun menoleh dan meneteskan air mata “kamu kenapa Nin?”
Aku membenamkan wajahku di telapak tangan dan menangis tersedu-sedu “aku sangat mencintainya lebih dari apa pun”
“Aldo?” ucapnya “ atau Raka?”
“bukan” paparku “mungkin kamu ngga percaya kalau ini benar-benar terjadi dalam kehidupanku”
“cerita lah Nin, aku siap mendengarnya ko” ujar Nanna sambil menyeka air mataku.
Aku bangun dan duduk di ranjang rumah sakit sambil bersender, Nanna membantu aku untuk duduk, aku terdiam sejenak. Aku menatap kosong lagi langit-langit kamar rumah sakit yang bercat putih.
“Nin” ucap Nanna membuyarkan lamunanku.
“Nann, terserah kamu percaya atau ngga tapi ini benar-benar terjadi” ucapku
“aku akan percaya padamu, Nin”
Aku mengambil surat yang di berikan Alva untukku, dan ku serahkan surat itu ke Nanna kemudian membacanya. Aku lihat ekspresi Nanna mimik wajahnya berubah menjadi bingung.
“siapa Alva? Trus apa maksud isi surat ini?” tanyanya bingung
“aku akan menceritakan siapa Alva”
*****
Ketika keluargaku pindah ya walaupun masih dalam satu kota tapi aku merasa jauh dari sahabatku Raka, setelah sampai di rumah baruku, Rumah yang bernomor 13 ini sangat luas, ada pagar besar kuno yang menyelimuti rumah, rumah ini berlantai dua dan bercat putih bersih, pintu-pintu yang tinggi. Di samping rumah terdapat ayunan dan taman yang terlihat sangat terawat, ternyata rumah ini ada juga yang merawat pikirku, tapi siapa yang mau merawat rumah sebesar dan seseram ini. Di taman itu ditumbuhi dengan berbagai macam jenis mawar, dan di depan rumah ini pun terdapat air mancur dan kolam ikan.
Aku terus mengamati setiap keliling rumah ini, kita pun sampai di atas, sudut dan ruangan di lantai ini tak kalah kuno dan klasiknya dibandingkan dengan lantai bawah.
Setelah puas melihat-lihat rumah baru kami, bunda mengajak kami ke kamar baruku, Bunda membuka pintunya dan dia masuk terlebih dulu, disusul dengan kami yang berada dibelakangnya.
“waww” seruku kaget
Kamarku luas dan dindingnya bercat biru muda, warna kesukaanku, aku sangat menyukai kamar ini, tapi yang sangat mengalihkan perhatianku ada sebuah lampu yang bentuknya kotak dan terbuat dari kayu, ditengahnya ada dua naga yang sedang merebutkan hati, ranjangku sangat besar dan bernuansa cream, wardrobe yang ku milikipun besar warnanya cream dan disekelilingnya ada motif-motif bunga yang tak kumengerti, dekat jendela kamarku terletak lemari buku dan sebelahnya ada meja belajar dan komputer, jendela itu menghadap ke arah barat sehingga aku bisa melihat langsung kearah taman,
Setelah kami menempati rumah ini beberapa hari, ada sedikit kejanggalan, pertama aku melihat mang Idam ngobrol dengan pria misterius yang sampai sekarang membuatku penasaran kedua di dalam lemari pakaianku ada selembar kertas kucel yang isinya tolong rawat kamar ini dan ketiga mimpi buruk itu yang membuatku ketakutan.
Awalnya aku senang bisa bertemu pria tampan di dalam mimpiku yang sedang bermain piano di dekat rumah mewahku, tiba-tiba pria itu berdiri dari kursi lalu berjalan menghampiriku, aku masih tetap berdiri di tempat tanpa ada rasa takut dan khawatir saat seseorang yang tak ku kenal menghampiriku. Dia tersenyum dan mengulurkan tanganya, aku hanya diam karena masih terpanah melihat ketampanannya, dia tertawa, suara tawanya membuat bulu kudukku meremang. Aku mengerjapkan mata lalu aku tersenyum.
“hai” sapaku
Dia hanya tersenyum dan berjalan mengelilingiku, aku tetap diam dan tak bergerak sedikitpun dan dia pun masih mengelilingiku beberapa kali, seketika aku menerjap terkejut karena dia memelukku dari belakang, harum tubuhnya, lembut kulitnya, dingin hembusan nafasnya, dan jarinya yang lembut mulai erat memelukku. Dan aku berharap jantung ini tidak keluar dari tempatnya.
Dia semakin erat memelukku hingga aku tidak bisa lagi bernafas, aku mencoba mencari sedikit udara agar masuk kedalam hidungku dan aku juga berusaha untuk melepaskan pelukannya tapi tidak bisa, aku coba untuk memberontak, aku berbalik menghadapnya dan ku coba untuk melihat wajahnya, tapi dia menggeram seperti kesakitan dan tiba-tiba dia berubah, berubah menjadi monster yang sangat mengerikan. Aku berteriak histeris dan meminta tolong, aku menangis, aku merontah kesakitan karena monster itu memelukku semakin erat lagi. Mata merah monster itu melotot seperti hampir keluar dan di sela-sela matanya mengalir darah segar, monster itu masih sangat erat memelukku dan akupun mulai terkulai lemas, akhirnya aku pingsan dan seketika itu dia langsung melepaskanku dari pelukannya.
Dan aku terbangun, aku terengah-engah, mimpi itu terlihat sangat nyata, aku masih ketakutan. Aku takut monster itu datang dan membunuhku seperti di mimpi itu. Akupun langsung mengambil gelas berisikan air putih di meja kecil samping tempat tidurku dan langsung menegaknya sampai habis. Aku bernapas terengah-engah, mengingat mimpi tadi, sangat nyata dan mengerikan hingga ku tak bisa melupakannya sampai sekarang.
Dua hari kemudian pria dalam mimpiku datang ke dalam kamarku, dia mendekatiku aku ketakutan tapi pria itu selalu tersenyum.
“hai aku Alva meyer” ucapnya lalu mengulurkan tanganya
“hai juga” suaraku bergetar
“oh Nindy aku tak kan melukaimu” ucapnya membuatku bingung bagaimana dia bisa tahu namaku.
Pertemuan itu adalah Awal petemuan kami dan aku belum tahu bagaimana dia bisa masuk ke kamarku, kejadian ini aku tidak beritahu ke dua orang tuaku karena aku takut mereka akan khawatir.
Rahasia besar rumah ini aku tahu sedikit demi sedikit ketika bunda menyuruhku membeli sayuran.
“baru pindah ya neng?”Tanya ibu tua itu
“iya bu”jawabku
“di mana neng?”
“di jalan Arthur nomor 13”ucapku
“ha?”ibu tua itu kaget.”yakin neng tinggal di rumah tua itu?”
“iya emang kenapa bu?”tanyaku penasaran
“denger-denger rumah itu angker”
“masa si?”ucapku tidak percaya
“dua minggu yang lalu, tetangga saya lewat rumah itu jam 1 dia habis main ke rumah istri mudanya, nah pas lewat di depan rumah itu dia denger suara piano trus di belakang dia ada yang nepak pundak dia, otomatis dia langsung balik badan. ternyata ada pemuda ganteng trus berubah wujud menjadi monster mengerikan lalu tetangga saya pingsan”
“aku masih tidak percaya”
“ya itu mah terserah neng, bukanya saya nakutin ya neng tapi ini fakta trus dulu juga rumah itu pernah kebakaran”
“kebakaran” ucapku kaget
“iya denger-denger waktu tahun 1999 rumah itu kebakaran trus penghuninya mati semua, katanya juga si penghuninya orang bule”ucap ibu tua
“tapi katanya rumah itu sudah hangus tapi…”
“iya memang sudah hangus, salah satu keluarga dari mereka membangun rumah itu lagi”
“oh”
“waktu tahun 2003 ada yang membeli rumah itu, apa coba yang terjadi sama keluarga mereka?”Tanya ibu tua.”mereka menghilang”
Aku hanya terdiam, apa Alva yang di maksud ibu tua itu, kalau iya apa yang harus ku lakukan untuk menyelamatkan keluargaku.
“dan 2 tahun kemudian mayat keluarga itu di temukan”
“di mana?”tanyaku
“di belakang rumah itu, kayanya di kubur hidup-hidup”ucapnya.”oh ya neng ini belanjaanya”
“berapa bu?”
“35.000 saja” ujarnya, ”maaf ya neng tadi ibu buat neng takut”
“oh tidak”ucapku.”makasih bu”
“sama-sama neng ati-ati ya neng”
Kejadian itu membuatku lebih penasaran lagi tentang misteri yang ada di dalam rumah itu, malamnya pun Alva datang lagi dan dia menceritakan semua kalau dia bukan manusia dan dunianya berbeda dengan duniaku, tak ada rasa takut ketika aku berada di sisinya malahan aku merasa aman dan nyaman, seiring berjalannya waktu cinta kamipun mulai tumbuh.

Dia juga menceritakan kenapa dia menjadi seperti ini, menurutnya semua ini karena perbuatan pamannya yang tidak menyukai ibunya, sehingga pamannya itu tega membunuh ayahnya dan membakar habis rumahnya.



Dia juga membawaku ke dalam dunianya , sebelum ke sana dia memakaikan sebuah cincin di jari manisku katanya biar orang yang ada di dunia Alva tidak tahu kalau ada manusia di dunianya, karena mereka tidak suka ada manusia berada di dunianya dan mengetahui keberadaannya.

Rumahnya begitu besar seperti sebuah castil kuno yang sangat mewah, Didalamnya bagaikan istana dalam dongeng, sangat indah dan menakjupkan, bahkan aku tak bisa menafsirkannya lebih detail. Di dalam rumah banyak sekali bunga mawar, Alva memetik mawar yang setengah mekar itu dan menyelipkanya di telingaku. Alva menggandeng tanganku, kami menuruni anak tangga Alva meremas tanganku ternyata tanganku bergetar, Alva memelukku lagi dia mengusap-usap rambutku. Kami masuk ke kamarnya, ranjangnya sangat mewah dan besar ukiranya di taburi emas juga berlian. Di sebelahnya juga terdapat lampu seperti yang aku punya tapi lampu ini terlihat lebih mewah, lampu itu terbuat dari kaca dan kedua naga itu terbuat dari emas lalu hati terbuat dari Kristal, di sebelah utaranya terdapat lukisan seorang pemuda yang sama persis seperti lukisan yang ada di ruang tengah rumahku.
Karena aku kelelahan Alva mengantarku pulang, esoknya Alva ke kamarku lagi dan menegajakku untuk melihat lebih jelas lagi didunianya. Dia mengajakku kesebuah taman yang indah yang bagaikan surga, wangi bunga menusuk relung hatiku, di sebelah utara terdapat sungai yang mengalir jernih dan pohon-pohonnya sangat indah dan terawat. Kami berdua bermain air di sungai itu, tapi ….
“ALVA” suara itu menggema
Aku memandang takut ke arah Alva lalu Alva memelukku erat, aku membenamkan wajahku di dadanya, dan aku mendengar suara langkah kaki menuju ke arah kami. Aku heran kenapa mereka bisa melihatku dan ternyata aku lupa memakai cincin yang di kasih Alva, kenapa aku bisa lupa dan sebodoh ini.
“maksud kamu apa Alva?” tanya suara pria cadas itu
“dia tidak akan macam-macam Apro, percayalah !!” ucap Alva menyakinkan
“kamu berani bawa manusia kesini!”gertak pria satunya
Aku melihat ada 3 pria dan 2 wanita, mereka menatap garang ke arah aku dan Alva.
“dia tidak akan macam-macam” ucap Alva lagi
“aku tidak percaya” kata Apro
“Daniel percayalah” Alva berusaha mencari pembelaan
“tidak” tukas Daniel
Alva menggendongku lalu berlari tiba-tiba Alva terpental dan melepaskanku dalam gendonganya dan aku sudah dalam dekapan gadis pirang yang berada disebelah seorang yang kufikir bernama Apro, Alva meronta kesakitan, dia berteriak histeris dan badanya kejang-kejang.
“aku mohon jangan sakiti dia” ucapku mencoba meronta dari dekapan gadis pirang. Daniel menatapku dan menyunggingkan senyuman jijik
“kamu bisa apa manusia?” serunya
“dia hanya bisa menangis” Apro menimpali
“lepaskan dia Jessi” kata Daniel. Jessi melepaskanku dan aku berlari mendekati Alva.
“jangan mendekat Nin, kamu akan tersengat” ucap Alva. Aku hanya bisa diam dan melihat Alva kesakitan.
“SEHARUSNYA KALIAN JANGAN MAIN HAKIM SENDIRI !!!” suara itu menggema, membuat kami menoleh. Daniel dan kawan-kawan lalu bersujud.
“maafkan kami Yang Mulia” ujar Apro
“bawa dia ke tempat persidangan” ujar Suara itu lagi
“baik Yang Mulia” ujar Apro. Alva bangkit berdiri lalu dia memelukku kembali.
“kita akan baik-baik saja” bisiknya di telingaku
Daniel memandangku garang, aku terus membenamkan wajahku ke dada Alva. Kami memasuki tempat persidangan tempat itu semuanya berwarna merah dan banyak orang di tempat itu, Alva berhenti.
“semuanya akan baik-baik saja momm” ucap Alva
“mom percaya kamu tidak melanggar aturan” ucap wanita itu lembut
Alva masih memelukku, aku gemetar ketakutan dan air mataku terus mengalir, Alva duduk di kursi yang paling tengah dan aku berada tepat disampingnya, di depannya ada empat pria yang sudah beruban dan berjanggut panjang sedada menatap kami.
“Alva kau melanggar aturan” ucap Neel
“tidak Neel, aku mencintainya” ujar Alva
“kamu mencintai manusia ?”, ujar Neel marah, “MUSTAHIL !!!!”
“aku benar-benar mencintanya” ucap Alva lagi, dan nadanya terdengar sangat sunguh-sungguh.
Mereka bertiga berdiskusi kembali, tempat ini sangat hening walaupun banyak orang yang menonton.
“hai kau manusia” ujar Neel, “lihatlah kecermin itu”
Aku memandangi cermin besar di samping keempat orang itu lalu gambar itu muncul dan ternyata keluargaku yang sedang tidur dan di selimuti kabut merah.
“apa yang kalian lakukan?” tanyaku histeris
“hahaha” tawa Neel menggema, ”ternyata kamu juga sangat mencintai keluargamu” ujar Neel
“aku mohon jangan sakiti mereka” ucap Alva memohon
“hmm” gumam Neel
Mereka kembali berdiskusi, Alva mengusap kelopak mataku yang sudah berkantung.
“tidurlah Nin, kamu terlalu lelah” bisik Alva
“tidak” suaraku tercekat di tenggorokkan
“kita akan baik-baik saja”
Bagaimana mungkin aku tidur sedangkan nyawaku dan keluargaku dalam bahaya, aku terus berusaha untuk tidak tidur. Tapi rasa kantukku sangat menguasai diriku dan aku pun mulai terlelap.
Aku terbangun tenggorokkan ku kering, aku mengusap keningku yang berdenyut-denyut. Alva memandangiku lalu tersenyum.
“kamu haus?” tanya Alva. Aku mengangguk
“biar mom yang ngambil minum buat dia” kata nyonya Mayer
Tidak lama kemudian dia membawa air putih. Alva meraih gelas itu dan aku meminumnya sampai habis. Aku terlalu kuat untuk mengigit gelas itu dan gelas itu retak.
“Nin, maafkan aku” ucapnya. Aku mengusap pipi Alva, dan matanya mulai berkaca-kaca
“aku mencintaimu” ucapku
“aku juga, waktunya aku mengantar kamu pulang”
Dia mencium keningku dengan bibirnya yang lembut, aku pun memejamkan mataku. Dari dulu aku tidak mempercayai hal-hal mistik, tapi sekarang aku mempercayainya karena aku mencintai makhluk tampan dari dunia yang berbeda dengan duniaku, ternyata tidak semuanya mereka jahat, mereka juga sama seperti kita yang mempunyai hati untuk mencintai dan di cintai.
Paginya rumahku terbakar hangus, keluargaku mengira semua ini kesalahan mereka, aku mengetahuinya setelah aku membaca sepucuk surat yang berada disampingku ketika aku sadar dirumah sakit, ternyata pertemuan itu adalah pertemuanku yang terakhir dengannya.
dear nindy

mafkan aku telah membuatmu ketakutan
aku mencintaimu, nin.
aku sangat menyayangimu
tapi…
dunia kita berbeda
aku tidak mungkin memintamu hidup bersamaku selamanya
kamu sangat teristimewa dalam hidupku

nin…
dengan cara ini kita berpisah
aku tidak bisa mengatakan ini langsung ke kamu
karna aku tak sanggup

mafkan juga aku telah membakar rumahmu
karna aku ingin kamu melupakanku
mungkin dengan cara itu aku bisa menghapus kenangan kita

aku sangat mencintaimu…
lupakanlah aku…
hiduplah dengan bahagia bersama orang-orang
yang mencintaimu

ALVA MAYER




*****
“Nin, aku belum sepenuhnya percaya dengan apa yang kau ceritakan tadi” ucap Nanna, “dan aku heran apa masih ada lagi kehidupan setelah kehidupan disini” tanya Nanna heran.
“terserah kamu mau percaya atau tidak yang jelas aku sudah menceritakan semuanya pada kamu” tukasku, “Aku tidak menyangka dia meninggalkanku sendiri dalam keadaanku yang seperti ini, bahkan dia membakar semua kenangan yang sudah kita lewati” ucapku sedih
“sudahlah Nin, kamu ngga sendiri ko, masih ada tante, om, Ika, Raka dan aku yang selalu menemani kamu dan menghibur kamu” hibur Nanna, “kamu ingat kan dulu kamu juga mengalami hal seburuk ini tapi kamu masih bisa melewatinya” tambah Nanna
Aku tersenyum dan memeluk Nanna dengan erat, Nanna adalah sahabatku yang selalu ada buat aku, dia selalu menghiburku saat aku sedih, senang bahkan terpuruk sekalipun. Waktu Aldo meninggalkanku demi bola basket pun dia menghiburku dengan segala sesuatu yang bisa membuatku terus tersenyum dan bahagia sehingga bisa melupakan semua kejadian tentang perbuatan yang dilakukan Aldo terhadapku. Tapi, semua ini berbeda, sekarang aku bukan hanya kehilangann cinta dari seorang lelaki, tapi aku kehilangan jiwaku dan aku ngga tahu apakah jiwa itu bisa kembali lagi dengan utuh atau tidak.
Walaupun dia pergi meninggalkanku membawa jiwaaku dan dengan teganya dia menyuruhku membuang semua kenangan tentang kita dalam ingatanku, aku ngga akan pernah melakukannya, aku akan menyimpan semua kenangan ini menjadi sebuah kenangan yang takan pernah kulupakan seumur hidupku.
Ketika cintanya mengalun di hatiku, ketika cintanya menari di otakku, ketika cintanya menjilat di tubuhku, aku semakin tenggelam dalam dunia cintanya, selamat tinggal kekasihku, aku akan mencintaimu selamanya, teruslah berada di sampingku walaupun aku tidak merasakan kehadiranmu, dan hiduplah di dalam hati kecil ku selamanya.

***TAMAT***

sinopsis

CINTA TERLARANG

Apakah yang bisa dilakukan Nindy untuk mempertahankan cintanya ?
Ketika cinta yang disodorkan Alva sangat tulus namun terlarang
karena mereka berada di dunia yang berbeda dan sulit baginya untuk mengelak.
Apa yang bisa di lakukan Nindy dan Alva untuk melanjutkannya ?
Karena cinta ini terlarang untuk mereka.

Alva muncul dalam kehidupan Nindy secara tiba-tiba, menawarkan sebentuk
cinta untuk Nindy, apakah Nindy bisa menerimanya ketika dia tahu bahwa
Alva dan dia hidup di dunia yang berbeda.
dan apa yang di lakukan Alva ketika mengetahui bahwa keluarganya
tidak menyukai keberadaan Nindy di dalam dunia Alva.
Apakah jalan yang dipilih Alva untuk menyelesaikan masalahnya.
Mampukah Nindy melupakan semua kenangannya bersama Alva
bila jalan yang di pilih Alva adalah meninggalknnya ???
Tegakah Alva meninggalkan Nindy yang sudah mulai mencintainya ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar