Minggu, 30 Januari 2011

Piala FA: Kalou selamatkan Chelsea (OLAHRAGA)

Piala FA: Kalou selamatkan Chelsea

Salomon Kalou

Salomon Kalou hindarkan Chelsea dari kekalahan (Getty Images)

Chelsea membawa pulang hasil imbang 1-1 dari lawatan ke Everton di babak keempat Piala FA. Sempat tertinggal lebih dulu, The Blues berhasil memaksakan laga replay lewat gol balasan Salomon Kalou.

Dalam pertandingan yang dilangsungkan di Goodison Park, Sabtu (29/1/2011) malam WIB, Everton sesungguhnya tampil cukup dominan. Mereka punya banyak peluang mencetak gol terutama di babak kedua.

Tuan rumah lebih dulu unggul lewat tandukan Louis Saha di menit 62. Malang buat The Toffees, gawang mereka kemudian dibobol Kalou lewat sebuah skenario serangan balik.

Hasil imbang ini jelas lebih menguntungkan The Blues, karena laga kedua akan dilangsungkan di kandang mereka Stamford Bridge.

Jalan Pertandingan

Meski tampil dengan delapan pemain yang tahun lalu tampil di final dan memberi Chelsea gelar juara, The Blues tampil kurang meyakinkan di menit-menit awal. Gawang Petr Cech bahkan lebih dulu dua kali dapat ancaman melalui upaya yang dilakukan Jack Rodwell dan Diniyar Bilyaletdinov.

Fans Chelsea harus menunggu hingga menit 31 untuk melihat Tim Howard melakukan penyelamatan untuk menepis shot on goal dari John Terry cs. Momen tersebut terjadi saat Anelka lolos dari jebakan offside saat mengejar umpan Ramires, namun sepakannya masih membentur Howard dan gagal berujung gol.

Tim tamu kembali punya peluang di menit 35 saat tendangan bertenaga dari kaki kiri Florent Malouda memaksa Howard berjibaku mengamankan gawangnya. Tak ada gol tercipta di babak pertama.

Di awal babak kedua Everton mulai menunjukkan dominasinya. Mereka kerap memaksa Chelsea bermain di wilayahnya sendiri dan hanya bisa melakukan serangan balik.

Saha nyaris membuat fans Everton melonjak saat di tiang jauh dia mengarahkan bola lambung ke dalam gawang. Bola sepertinya akan merobek jala The Blues, namun Ramires melakukan penyelamatan dengan menghalau bola ke luar lapangan.

Di menit 56 gantian Marouane Fellaini yang menguji Cech saat tandukannya ditepis keluar oleh kiper Republik Ceko itu. Gawang The Blues akhirnya benar-benar bobol saat laga menginjak menit 62.

Bermula dari tendangan sudut yang diambil Leighton Baines , bola yang melambung ke tengah kotak penalti ditanduk Saha dengan sempurna. Bola yang mengalir deras ke dalam gawang gagal dihalau Cech.

Namun keunggulan Everton hanya bertahan 13 menit. Tiga menit setelah masuk lapangan, Kalou menuntaskan sebuah skenario serangan balik Chelsea dengan tendangan mendatar yang mengarah ke tiang jauh. Bola terlihat sedikit berbelok arah setelah membentur kaki pemain bertahan Everton, yang membuat Howard hanya bisa memandangi si kulit bundar masuk ke gawangnya.

Skor 1-1 bertahan hingga wasit meniup peluit panjang. Hasil imbang ini memaksa digelar laga replay yang akan dilangsungkan di Stamford Bridge.

Susunan Pemain

Everton: Howard, Baines, Heitinga, Distin, Neville, Coleman, Bilyaletdinov, Arteta, Fellaini, Rodwell (Beckford 86), Saha

Chelsea: Cech, Ivanovic, A Cole, Bosingwa, Terry, Essien, Ramires, Lampard (Mikel 85), Malouda (Kalou 70), Drogba, Anelka

via Detiksport

pendidikan indonesia (PENDIDIKAN)

Guru, elemen yang terlupakan

Pendidikan Indonesia selalu gembar-gembor tentang kurikulum baru...yang katanya lebih oke lah, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-baratan...atau apapun. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dengan mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum.

Di balik perubahan kurikulum yang terus-menerus, yang kadang kita gak ngeh apa maksudnya, ada elemen yang benar-benar terlupakan...Yaitu guru! Ya, guru di Indonesia hanya 60% yang layak mengajar...sisanya, masih perlu pembenahan. Kenapa hal itu terjadi? Tak lain tak bukan karena kurang pelatihan skill, kurangnya pembinaan terhadap kurikulum baru, dan kurangnya gaji. Masih banyak guru honorer yang kembang kempis ngurusin asap dapur rumahnya agar terus menyala.

Guru, digugu dan ditiru....Masihkah? atau hanya slogan klise yang sudah kuno. Murid saja sedikit yang menghargai gurunya...sedemikian juga pemerintah. banyak yang memandang rendah terhadap guru, sehingga orang pun tidak termotivasi menjadi guru. Padahal, tanpa sosok Oemar Bakri ini, tak bakal ada yang namanya Habibi.

THURSDAY, AUGUST 25, 2005

Gelar....Mabuknya Pendidikan

Sekali lagi, Indonesia dihadapkan pada kasus yang mencoreng nama pendidikan. Kasus jual beli gelar yang dipraktekkan oleh IMGI. Cara memperoleh gelar ini sangatlah mudah, Anda tinggal menyetor 10-25 juta, dan Anda dapat gelar yang Anda inginkan..Tinggal pilih...apakah S1, S2, atau S3....benar-benar edan! Sebagian orang mabuk kepayang akan nilai gelar yang memabukkan. Dan tidak tanggung-tanggung yang pernah membeli gelar dari IMGI ini...sekitar 5000 orang.

Ini adalah protet buram masyarakat Indonesia yang memuja gelar melampaui batas. Dengan titel, seakan-akan masa depan lebih mudah. Padahal, nasib ditentukan oleh kerja keras...dan sebagian masyarakat Indonesia mencari jalan pintas. Tak heran, jika kasus wakil rakyat yang melakukan jual beli gelar agar kelihatan mentereng menyeruak di mana-mana. Dan dengan kepala kosong, mereka mencoba mengkonsepsikan pemerintahan Indonesia. Apa yang terjadi? Undang-undang sekedar lobi-lobi politik dimana semuanya UUD (ujung-ujungnya duit).

Tidakkah kita semua miris lihat kenyataan ini? Lalu apa gunanya gelar kalau ternyata dia hanya kedok belaka?

TUESDAY, APRIL 19, 2005

Hakikat Pendidikan

Apa sih hakikat pendidikan? Apakah tujuan yang hendak dicapai oleh institusi pendidikan?

Agak miris lihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperi pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming : lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar, dsb. Apa yang bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki hajar dewantoro mungkin bakal menangis lihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa (seperti yang masih tertulis di UUD 43, bah!), tapi lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya.

Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Karena pola pikir "buruh" lah, segala macam hapalan dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya hanya demi satu kata : IJAZAH! ya, ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan moral.

Apa sebaiknya hakikat pendidikan? saya setuju dengan kata
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi, ini masih harus diterjemahkan lagi dalam tataran strategis/taktis. kata mencerdsakan kehidupan bangsa mempunyai 3 komponen arti yang sangat penting : (1) cerdas (2) hidup (3) bangsa.

(1) tentang cerdas
Cerdas itu berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan real. Cerdas bukan berarti hapal seluruh mata pelajaran, tapi kemudian terbengong-bengong saat harus menciptakan solusi bagi kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif dan inovatif. Cerdas berarti siap mengaplikasikan ilmunya.

(2) tentang hidup
Hidup itu adalah rahmat yang diberikan oleh Allah sekaligus ujian dari-Nya. Hidup itu memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup itu berarti merenungi bahwa suatu hari kita akan mati, dan segala amalan kita akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Patut dijadikan catatan, bahwa jasad yang hidup belum tentu memiliki ruh yang hidup. Bisa jadi, seseorang masih hidup tapi nurani kehidupannya sudah mati saat dengan snatainya dia menganiaya orang lain, melakukan tindak korupsi, bahkan saat dia membuang sampah sembarangan. Filosofi hidup ini sangat sarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan seorang manusia, memberikannya makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup.

(3) tentang bangsa
Manusia selain sesosok individu, dia juga adalah makhluk sosial. Dia adalah komponen penting dari suatu organisme masyarakat. Sosok individu yang agung, tapi tidak mau menyumbangkan apa-apa apa-apa bagi masyarakatnya, bukanlah yang diajarkan agama maupun pendidikan. Setiap individu punya kewajiban untuk menyebarkan pengetahuannya kepada masyarakat, berusaha meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitarnya, dan juga berperan aktif dalam dinamika masyarakat. Siapakah masyarakat yang dimaksud disini? Saya setuju bahwa masyarakat yang dimaksud adalah identitas bangsa yang menjadi ciri suatu masyarakat. Era globalisasi memang mengaburkan nilai-nilai kebangsaan, karena segala sesuatunya terasa dekat. Saat terjadi perang Irak misalnya, seakan-akan kita bisa melihat Irak di dalam rumah. Tapi masalahnya, apakah kita mampu berperan aktif secara nyata untuk Irak (selain dengan doa ataupun aksi)? Peran aktif kita dituntut untuk masyarakat sekitar...dan siapakah masyarakat sekitar? tidak lain adalah individu sebangsa.

inilah sekelumit tulisan yang saya jadikan pokok pemikiran buat apa itu hakikat pendidikan sebenarnya.

Sekolah Global di Desa Kecil Kalibening

FINA Af'idatussofa (14) bukan siswa sekolah internasional dan bukan anak orang berada. Ia lahir sebagai anak petani di Desa Kalibening, tiga kilometer perjalanan arah selatan dari kota Salatiga menuju Kedungombo, Jawa Tengah. Karena orangtuanya tidak mampu, ia terpaksa melanjutkan sekolah di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah di desanya. Namun, dalam soal kemampuan Fina boleh dipertandingkan dengan siswa sekolah-sekolah mahal yang kini menjamur di Jakarta.

MESKI bersekolah di desa dan menumpang di rumah kepala sekolahnya, bagi Fina internet bukan hal yang asing. Ia bisa mengakses internet kapan saja. Setiap pagi berlatih bahasa Inggris dalam English Morning. Ia pernah menjuarai penulisan artikel on line di kotanya. Ia juga berbakat dalam olah vokal meski ia mengatakan tidak ingin menjadi seorang penyanyi.

"Kalau menjadi penyanyi, pekerjaanku hanya menyanyi. Padahal, cita-citaku banyak. Aku ingin jadi presenter, aku ingin jadi penulis, pengarang lagu, ilmuwan, dan banyak lagi? Aku juga ingin berkeliling dunia," kata Fina.

SMP Alternatif Qaryah Thayyibah resmi terdaftar sebagai SMP Terbuka, sekolah yang sering diasosiasikan sebagai sekolah untuk menampung orang-orang miskin agar bisa mengikuti program wajib belajar sembilan tahun. Namun, siswa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sangat mencintai dan bangga dengan sekolahnya.

Pukul 06.00 sekolah sudah mulai dan baru berakhir pada pukul 13.30. Akan tetapi, jam sekolah itu terasa sangat pendek bagi murid-murid sekolah tersebut sehingga setelah makan siang mereka biasanya kembali lagi ke sekolah. Mereka belajar sambil bermain di sekolahnya sampai malam, bahkan tak jarang mereka menginap di sekolah.

Murid-murid SMP Qaryah Thayyibah memang sangat menikmati sekolahnya. Bersekolah merupakan sesuatu yang menyenangkan. Guru bukanlah penguasa otoriter di kelas, tetapi teman belajar. Mereka bebas berbicara dengan gurunya dalam bahasa Jawa ngoko, strata bahasa yang hanya pantas untuk berbicara informal dengan kawan akrab.

Di kelas mereka juga sangat bebas. Mereka bisa asyik mengerjakan soal-soal matematika dengan bersenda gurau, ada yang mengerjakan soal sambil bersenandung, yang lain bermain monopoli. Suasana bermain itu bahkan di taman kanak-kanak pun kini makin langka karena mereka dipaksa oleh gurunya untuk membaca dan menulis.

SMP Qaryah Thayyibah lahir dari keprihatinan Bahruddin melihat pendidikan di Tanah Air yang makin bobrok dan semakin mahal. Pada pertengahan tahun 2003 anak pertamanya, Hilmy, akan masuk SMP. Hilmy telah mendapatkan tempat di salah satu SMP favorit di Salatiga. Namun, Bahruddin terusik dengan anak-anak petani lainnya yang tidak mampu membayar uang masuk SMP negeri yang saat itu telah mencapai Rp 750.000, uang sekolah rata-rata Rp 35.000 per bulan, belum lagi uang seragam dan uang buku yang jumlahnya mencapai ratusan ribu rupiah.

"Saya mungkin mampu, tetapi bagaimana dengan orang-orang lain?" tuturnya. Bahruddin yang menjadi ketua rukun wilayah di kampungnya kemudian berinisiatif mengumpulkan warganya menawarkan gagasan, bagaimana jika mereka membuat sekolah sendiri dengan mendirikan SMP alternatif. Dari 30 tetangga yang dikumpulkan, 12 orang berani memasukkan anaknya ke sekolah coba-coba itu. Untuk menunjukkan keseriusannya, Bahruddin juga memasukkan Hilmy ke sekolah yang diangan-angankannya.

"Saya ingin membuat sekolah yang murah, tetapi berkualitas. Saya tidak berpikir saya akan bisa melahirkan anak yang hebat-hebat. Yang penting mereka bisa bersekolah," kata Bahruddin.

Bahruddin mengadopsi kurikulum SMP reguler di sekolahnya. Ia menyatakan tidak sanggup menyusun kurikulum sendiri. Lagi pula sekolah akan diakui sebagai sekolah berkualitas jika bisa memperoleh nilai yang baik dan mendapatkan ijazah yang diakui pemerintah. Karena itulah ia memilih format SMP Terbuka. Akan tetapi, ia mengubah kecenderungan SMP Terbuka sekadar sebagai lembaga untuk membagi-bagi ijazah dengan mengelola pendidikannya secara serius.

Sekolah itu menempati dua ruangan di rumah Bahruddin, yang sebelumnya digunakan untuk Sekretariat Organisasi Tani Qaryah Thayyibah. Jumlah guru yang mengajar sembilan orang, semuanya lulusan institut agama Islam negeri dan sebagian besar di antaranya para aktivis petani.

Guru pelajaran Matematika-nya seorang lulusan SMA yang kini mondok di pesantren. Akses internet gratis 24 jam diperoleh dari seorang pengusaha internet di Salatiga yang tertarik dengan gagasan Bahruddin. Dengan modal seadanya sekolah itu berjalan.

Ternyata pengakuan terhadap keberadaan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tidak perlu waktu lama. Nilai rata- rata ulangan murid SMP Qaryah Thayyibah jauh lebih baik daripada nilai rata-rata sekolah induknya, terutama untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris.

Sekolah itu juga tampil meyakinkan, mengimbangi sekolah-sekolah negeri dalam lomba cerdas cermat penguasaan materi pelajaran di Salatiga. Sekolah itu juga mewakili Salatiga dalam lomba motivasi belajar mandiri di tingkat provinsi, dikirim mewakili Salatiga untuk hadir dalam Konvensi Lingkungan Hidup Pemuda Asia Pasifik di Surabaya. Pada tes kenaikan kelas satu, nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Inggris siswa Qaryah Thayyibah mencapai 8,86.

SMP Alternatif Qaryah Thayyibah juga maju dalam berkesenian. Di bawah bimbingan guru musik, Soedjono, anak-anak sekolah bergabung dalam grup musik Suara Lintang. Kebolehan anak-anak itu dalam menyanyikan lagu mars dan himne sekolah dalam versi bahasa Inggris dan Indonesia bisa didengarkan ketika membuka alamat situs sekolah www.pendidikansalatiga.net/qaryah. Grup musik anak-anak desa kecil itu telah mendokumentasikan lagu tradisional anak dalam kaset, MP3, maupun video CD album Tembang Dolanan Tempo Doeloe yang diproduksi sekaligus untuk pencarian dana. Seluruh siswa bisa bermain gitar, yang menjadi keterampilan wajib di sekolah itu.

Sulit dibayangkan anak- anak petani sederhana itu masing-masing memiliki sebuah komputer, gitar, sepasang kamus bahasa Inggris-Indonesia dan Indonesia-Inggris, satu paket pelajaran Bahasa Inggris BBC di rumahnya. Semua itu tidak digratiskan. Anak-anak memiliki semua itu dengan mengelola uang saku bersama-sama sebesar Rp 3.000 yang diterima anak dari orangtuanya setiap hari. Uang sebesar Rp 1.000 dipergunakan untuk mengangsur pembelian komputer. Untuk sarapan pagi, minum susu, madu, dan makanan kecil tiap hari Rp 1.000, sedangkan Rp 1.000 lainnya untuk ditabung di sekolah. Tabungan sekolah itu dikembalikan untuk keperluan murid dalam bentuk gitar, kamus, dan lain-lainnya.

Tidak mengherankan jika anak-anak dan orangtua mereka bangga dengan sekolah itu. Betapa tidak, di sekolah yang berdekatan dengan rumah di sebuah desa kecil mereka mendapatkan banyak hal yang tidak diperoleh di sekolah-sekolah yang dikelola dengan logika dagang.

Ismanto (43) menceritakan, anaknya sempat down saat mendaftar SLTP di Salatiga dua tahun lalu. Uang masuknya Rp 200.000, belum termasuk buku dan seragam. Tidak ada seorang murid pun ke sekolah dengan berjalan kaki selain anaknya, Emi Zubaiti (13). Kini Emi menjadi seorang anak yang pandai dalam berbagai mata pelajaran, pintar bernyanyi, dan percaya diri. Ia tidak pernah membayangkan bisa menyekolahkan Emi, anak pasangan tukang reparasi sofa dan bakul jamu gendong, mendapat sekolah yang baik.

Bahkan Ismanto ikut menikmati komputer yang dikredit dari uang saku anaknya. Dibimbing anaknya, sekarang Ismanto mulai belajar komputer. "Tidak pernah terpikir, saya bisa membelikan komputer. Kini saya malah bisa ikut menikmati," kata Ismanto.

Catatan pribadi :
---------------------

Nah, kita liat sample aja yah. Bukan berarti pendidikan harus mahal kan? Bisa murah tapi berkualitas. Pendidikan murah berkualitas bukanlah sesuatu yang utopis, tapi bisa dicapai dengan tekad. Siapa bilang sekolah harus mahal?

MONDAY, APRIL 18, 2005

Diskriminasi Pendidikan

Diambil dari pendidikanmurah
---------------------------------------------------------------

Rasa-rasanya rasa muakku sudah sampai pada puncaknya.

Setelah membaca rubrik Humaniora di harianKompas edisi hari ini, aku menjadi semakin jengkelsaja dengan kebijakan sistem pendidikan di Indonesia yang kian lama kian wagu saja. Akhir-akhir ini rubrik Humaniora Kompas memang banyak menyoroti tentang kondisi pendidikan di Indonesia. Diawali dengan pemberitaan mengenai ide cemerlang dari salah seorang ketua RW di salah satu desa di Sala Tiga yang dengan kreatifnya menggagas sebuah sekolah alternatif untuk siswa SLTP dengan konsep sekolah terbukanya sampai pada kegilaan mungkin lebih tepat jika disebut kebodohan dari pemerintah mengenai rancangan sistem jalur pendidikan yang baru.

Dalam sistem pendidikan yang baru ini pemerintah akan membagi jalur pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu jalur formal standar dan jalur formal mandiri. Pembagian jalur ini berdasarkan perbedaan kemampuan akademik dan finansial siswa. Jalur formal mandiri diperuntukkan bagi siswa yang mapan secara akademik maupun finansial. Sedangkan jalur formal standar diperuntukkan bagi siswa yang secara finansial bisa dikatakan kurang bahkan tidak mampu.

Dengan kata lain jalur formal mandiri adalah jalur bagi siswa kaya sedangkan jalur formal standar adalah jalur bagi siswa miskin. Konyol memang. Aku sampai tidak habis pikir bisa-bisanya pendidikan dikotak-kotakkan berdasarkan tingkat fianansial dari peserta didik. Dalam hal ini, pemerintah berdalih bahwa pada jalur formal mandiri akan disediakan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu miskin agar dapat menuntut ilmu pada jalur ini. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah Berapa banyak sich beasiswa yang disediakan?.

Pemerintah sendiri menyatakan bahwa setidaknya akan ada lima persen siswa miskin yang bersekolah di setiap sekolah yang menyelenggarakan jalur formal mandiri. Menurut ku ini juga merupakan salah satu bentuk kebodohan yang lain. Coba saja kita bayangkan seandainya ada seorang siswa miskin yang memperoleh beasiswa untuk bersekolah di jalur formal mandiri yang nota bene tempat sekolahnya siswa kaya. Bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi minder dan rendah diri. Ketika teman-temannya selalu mengenakan seragam yang bersih dan tersetrika dengan rapi dengan menggunakan pelembut dan pewangi pakaian sedangakan siswa miskin ini hanya mampu mengenakan seragam bekas alias hibahan dari tetangganya, bukankah kondisi seperti ini malah menjadikan siswa miskin ini menjadi objek tontonan bagi siswa-siswa kaya?

Apakah pembagian jalur pendidikan ini merupakan salah satu misi pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa?

Menurutku, pendidikan adalah satu-satunya jalan bagi bangsa kita dalam mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain. Aku cukup salut dengan pemerintah Kamboja dan Thailand yang mulai berbenah diri dengan berfokus pada pendidikan warga negaranya. Kedua negara ini mulai merintis pendidikan gratis bagi warga nya. Pemerintah Kamboja sendiri mulai mengalihkan sembilan belas persen dari total anggarannya yang biasanya digunakan sebagai angaran militer untuk mendukung pengembangan pendidikan.

Lantas bagai mana dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia? Mau dibawa ke mana pendidikan di Negara kita? Apakah pendidikan sudah menjadi barang dagangan yang nantinya menghasilkan outputan berupa selembar sertifikat dan ijazah bukannya keahlian dan daya analitis? Dan apakah pendidikan hanya menjadi milik dan hak orang kaya saja?

Apakah memang orang miskin dilarang sekolah?

WEDNESDAY, DECEMBER 29, 2004

Kapitalisme Pendidikan

Sudah rahasia umum jika pendidikan sekarang sangat mahal. Yah seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah! Memprihatinkan, tapi itulah kenyataannya. Masuk TK saja bisa mencapai ratusan ribu maupun jutaan rupiah, belum lagi kalo masuk SD-SMP-SMA-Universitas yang favorit. Kalau dihitung, seseorang yang masuk TK sampai dengan universitas yang favorit akan menghabiskan 100 juta lebih. Wow!
Sekolah memang harus mahal, itulah stigma yang tertanam di benak sebagian orang, dari orang awam dan bahkan sampai beberapa pejabat depdiknas. benarkah demikian??? Itu adalah omongan sesat, mereka yang bicara ngelantur begitu sudah pasti tidak pernah lihat kondisi luar. Malaysia, Jerman, bahkan Kuba sekalipun bisa membuat pendidikannya sangat murah dan dapat diaksese oleh sebagian besar lapisan masyarakatnya.
Pendidikan yang kapitalistik sekarang ini, yang bertujuan bisnislah yang membuat biaya-biaya membengkak. Pendidikan diserahkan sebagian kontolnya kepada swasta karena pemerintah yang kurang becus. Ada baiknya swasta ikut mengatur pendidikan sehingga masyarakat pun bisa berperan dalam lembaga pendidikan, tapi walau bagaimanapun ini bukan berarti bahwa pemerintah lepas tangan begitu saja. Ya, kan??? Pendidikan instan ala swasta yang mementingkan bisnis kjadi masalah besar buat dunia pendidikan. kadang terbaca di iklan-iklan, lembaga pendidikan yang menawarkan lulus cepat+absen tidak dihitung+dapat ijazah+dll. Sepertinya, yang penting bagi pendidikan hanyalah dapat ijazah buat kerja saja. Padahal pendidikan ditujukan untuk membangun moral individu dan tingkat pengetahuannya.
Lalu bagaimana caranya agar pendidikan bisa murah?? Wah, ini bukan persoalan gampang,dan jelas butuh pemikiran mendalam. Biar dipikir dan merenung dahulu. Tidak dituliskan disini, karena bakal sangat panjang juga.

MONDAY, NOVEMBER 01, 2004

Pendidikan Indonesia

Hallo semuanya,
Tulisan ini didedikasikan hanya untuk bangsa tercinta kita, yaitu Indonesia. Betapa semrawutnya kondisi saat ini tidak seharusnya menumpulkan harapan kita akan masa depan yang lebih baik. Tulisan ini tidak bermaksud menggurui ataupun menyalahkan. Kita bertukar pikiran hanya untuk mencari solusi terbaik, siapa tahu solusi ini bisa diimplementasikan dalam kondisi riil.
Tulisan, tanggapan, pengetahuan, artikel rekan-rekan sangat diharapkan sekali agar wawasan kita semua bertambah. Saya selaku pembuat blog ini sangat bisa jadi memiliki banyak kelemahan (seperti keahlian menulis yang masih amatiran!). mungkin ini semua bisa di-cover oleh rekan-rekan semuanya.
Ok, partisipasi rekan-rekan dalam blog inisangat dinantikan. Makasih banyak!

pendidikan lingkungan hidup (PENDIDIKAN)

Dalam melaksanakan aktivitas pendidikan lingkungan hidup, disarankan untuk melakukan tahapan perencanaan dan persiapan, yang meliputi: pendalaman materi, penyusunan modul, dan persiapan kegiatan.

Hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan kegiatan pendidikan lingkungan hidup adalah:

1. Tentukan tujuan umum-khusus
2. Tentukan tema
3. Pilih obyek
4. Susun alur kegiatan
5. Persiapkan alat bantu
6. Pelaksanaan kegiatan
7. Evaluasi kegiatan

Penyusunan modul PLH Non Formal dilakukan setelah ditemukan tema yang akan dijadikan sebagai sentral topik pendidikan lingkungan hidup. Adapun struktur dari modul PLH sekurangnya meliputi:

1. Tema Kegiatan

Tema kegiatan merupakan aspek utama dari kegiatan yang akan dilakukan. Misalnya saja tema ”Panas Dingin” untuk menggambarkan kondisi di kawasan hutan dan di kawasan tak berhutan.

2. Tujuan Umum/Khusus

Tujuan adalah hal-hal yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan umum merupakan hal besar/umum yang ingin diwujudkan, sedangkan tujuan khusus adalah pencapaian secara spesifik/khusus. Misalnya: Tujuan umum: Mengetahui fungsi hutan. Tujuan khusus: mengetahui fungsi hutan sebagai pelindung

3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan adalah rincian peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan dalam melakukan kegiatan PLH. Sangat disarankan untuk melakukan pendataan serinci mungkin agar tak ada yang terlupakan saat pelaksanaan kegiatan.

4. Obyek

Obyek merupakan hal yang ingin diamati (bila ada)

5. Waktu

Waktu menunjukkan lamanya kegiatan akan dilakukan. Dalam penulisan waktu, juga dapat dilakukan bersama dengan penulisan setiap setiap tahapan alur yang akan dilaksanaan. Semakin detail akan sangat membantu bagi fasilitator PLH.

6. Metoda

Metoda merupakan penggambaran umum terhadap metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan. Misalnya diskusi, permainan, dll.

7. Alur kegiatan

Alur kegiatan merupakan rincian tahapan kegiatan secara terstruktur.

8. Evaluasi

Evaluasi menegaskan cara melakukan penilaian terhadap indikator keberhasilan kegiatan. Disini dituliskan tentang apa dan bagaimana evaluasi dilakukan.

9. Catatan

Catatan fasilitator merupakan bagian terakhir yang menjadi tambahan bila saja ada hal-hal penting yang belum masuk dalam bagian lain di modul. Catatan juga berfungsi sebagai pengingat bagi fasilitator PLH.

Menulis itu mudah

November 13th, 2005 by timpakul · 2 Comments · modul

MENULIS. Bukanlah hal yang sangat sulit dilakukan. Berlatih dan berlatih adalah cara untuk mewujudkannya. Menulis sebuah pengalaman (termasuk dalam melakukan penelitian) merupakan hal yang menyenangkan, apalagi bila ada yang membaca dan berkomentar atas tulisan yang dibuat. Menulis adalah salah satu bentuk penyampaikan informasi (komunikasi) kepada orang lain.

Menuliskan pengalaman

Usahakan untuk tidak terbelenggu dengan keterbatasan. Menulis harus membebaskan pikiran dari rasa takut dan rasa salah. Tuliskanlah apa yang ingin ditulis. Setelah itu baru dilakukan penyempurnaan yang dapat dilakukan secara bersama-sama dengan kawan ataupun secara sendiri. Hindari rasa takut dikritik dan diberi saran. Karena kritik dan saran merupakan pemacu agar tulisan dapat menjadi lebih baik.

Untuk diketahui, dalam membuat sebuah tulisan setidaknya mengetahui siapa yang akan membaca tulisan anda, media apa yang akan dipergunakan, dan kira-kira berapa lama pembaca akan meluangkan waktu untuk membaca tulisan anda.

Sangat disarankan untuk menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh sebagian besar orang. Menggunakan bahasa lokal, bila tulisan diperuntukkan bagi sebuah kelompok masyarakat lokal yang memiliki bahasa sama, adalah sangat disarankan.

Apa saja yang bisa membuat tulisan menjadi menarik?

Ada beberapa hal yang menjadikan tulisan menjadi menarik dilihat dan dibaca. Misalnya dengan mengaitkan dengan kondisi terbaru, mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari, serta menampilkan hal-hal baru.

Hal lain yang membuat orang tertarik membaca tulisan adalah dengan ditampilkannya gambar (termasuk foto). Namun penting diingat agar tidak terlalu banyak menampilkan gambar dan foto yang tidak berkaitan dengan tulisan yang dibuat.

Merangkai tulisan

Dalam menuliskan pengalaman (penelitian), disarankan untuk menyampaikan informasi sejak pada baris awal tulisan. Namun diusahakan agar dalam satu paragrap hanya menampilkan satu hal yang ingin disampaikan. Dan dalam satu tulisan, tutuplah dengan beberapa baris sebagai kesimpulan dari cerita yang ingin disampaikan.

Prinsip-prinsip Pendidikan Lingkungan Hidup

November 13th, 2005 by timpakul · 2 Comments · modul

Pendidikan lingkungan hidup haruslah:

  • Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
  • Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
  • Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang.
  • Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga siswa dapat menerimainsight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain;
  • Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
  • Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan;
  • Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan;
  • Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut;
  • Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup;
  • Membantu peserta didik untuk menemukan (discover) gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan;
  • Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
  • Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first – hand experience).

tentang pendidikan lingkungan hidup

November 12th, 2005 by lingkungan · 5 Comments · informasi

Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam meraih keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup, juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. lbarat sebuah pelita dalam kegelapan malam, pendidikan lingkungan hadir sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian akan lingkungan. Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi yang telah rusak menjadi baik dalam waktu sekejap, melainkan membutuhkan waktu, proses dan sumber daya.

JPL Kaltim Raih Stand Terbaik III Pameran Pembangunan Kaltim 2005

September 9th, 2005 by timpakul · No Comments · kegiatan

JPL Kaltim Raih Stand Terbaik IIIJaringan Pendidikan Lingkungan Hidup Kalimantan Timur (JPL Kaltim) selama delapan hari mengikuti pameran pembangunan Expo Kaltim 2005 bertempat di GOR Segiri Samarinda. Dalam Pameran Pembangunan kali ini, JPL Kaltim menyajikan gambaran kondisi lingkungan hidup dan keanekaragamanan hayati di beberapa tempat di Kaltim. Selain itu, JPL Kaltim juga menginformasikan tentang pendidikan lingkungan hidup, aktivitas anggota JPL Kaltim serta membagikan informasi berkaitan lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia.

Dalam Pameran Pembangunan kali ini, JPL Kaltim yang dibantu oleh kawan-kawan kader konservasi dan kader lingkungan Kota Samarinda, memperoleh penghargaan sebagai stand terbaik III dan hingga penutupan telah dikunjungi lebih dari 1.800 pengunjung. Gubernur Kaltim yang mengunjungi stand JPL Kaltim saat acara pembukaan juga menandatangani dukungan terhadap aktivitas pendidikan lingkungan hidup di Kalitm dan pelaksanaan Pertemuan Nasional Jaringan Pendidikan Lingkungan Hidup di Kalimantan Timur tahun 2007.

Di saat pameran ini juga, JPL Kaltim menyelenggarakan lomba buat dan baca surat lingkungan hidup untuk Gubernur Kaltim, lomba buat dan baca puisi lingkungan hidup, serta lomba design poster pendidikan lingkungan hidup.

Adapun pemenang masing-masing perlombaan adalah sebagai berikut:

Lomba Design Poster Pendidikan Lingkungan Hidup

  • Juara I : Sulastri Septarini
  • Juara II : Gempur SR
  • Juara III : Edy Haryono
  • Juara Favorit: Edy Haryono

Lomba Buat dan Baca Surat Lingkungan Hidup untuk Gubernur

  • Juara I : Rizma Alfiani R [SD Muhammadiyah 1 Samarinda]
  • Juara II : Vania Anindhita K [SD Muhammadiyah 1 Samarinda]
  • Juara III : Ayu Rafania Atikah [SD Muhammadiyah 1 Samarinda]
  • Juara Harapan I: Anjela Rindasari [SD Muhammadiyah 1 Samarinda]
  • Juara Harapan II: Recha Ammassa R [SD N 003 Samarinda]

Lomba Buat dan Baca Puisi Lingkungan Hidup

  • Juara I : Fi “ Pratiwi [SLTP N 7 Samarinda]
  • Juara II : Thirda Helga [SMP Kristen Sunodia]
  • Juara III : Ratti Malya Fitriah [SMP Negeri 22]
  • Juara Harapan I: Nur Adlina ’Izzati [SMP Negeri 29 Samarinda]
  • Juara Harapan II: Timotius Prabawa [SMP Negeri I Samarinda]

Pengelolaan Sampah Kota Samarinda

July 27th, 2005 by timpakul · No Comments · lingkungan hidup

Pagi tadi setelah mengunjungi TPA Bukit Pinang disela-sela acara WLILH, saya sempat ngobrol dengan pengelola TPA, beberapa point diantaranya:
  • TPA Bukit Pinang akan tutup satu tahun ke depan
  • TPA Bukit Pinang hanya melakukan pengelolaan sederhana terhadap sampah kota, urusan sampah plastik menjadi rejeki bagi kawan pemulung, sedangkan TPA hanya memproduksi kompos dari tumpukan lama sekali dengan pengayakan
  • Saat ini pengolahan limbah, terutama cairan dari sampah dilakukan hanya dengan pengendapan yang kemudian airnya mengalir ke sungai karang asam besar seterusnya ke mahakan. tidak ada pengolahan!
  • Operasional satu truk 3,1-3,5 juta sebulan, terdiri dari gaji sopir 600ribu sebulan dan 5 tenaga pengangkut masing-masing 500ribu sebulan.
  • Hari ini (27/7) ada pertemuan antara KKPP dengan Komisi 3 DPRD Kota setelah adanya kursus sampah yang diikuti oleh komisi 3 DPRD Kota ke STTL Yogya

Dari pengamatan selama proses diskusi antara KKPP dengan Komisi 3 DPRD Kota (karena kami tidak diberikan kesempatan untuk bicara, hanya pengamat), berikut point-pointnya:

Dari Komisi 3 DPRD Kota:

  • Disarankan untuk membuat renstra pengelolaan sampah hingga 10-15 tahun ke depan
  • Untuk truk sampah harusnya menggunakan jaring agar sampah tidak berhamburan di jalan
  • Perlunya pemanfaatan sampah menjadi nilai ekonomis
  • Perlunya membuka ruang partisipasi bagi masyarakat kota samarinda dalam pengelolaan sampah

Dari KKPP:

  • Status KKPP harusnya sudah menjadi Dinas KPP, bukan hanya kantor
  • TPA Bukit Pinang akan ditutup dan dipindahkan ke Sambutan (kurang lebih 14 hektar) dan Palaran dengan sistem sanitary landfill
  • TPS di jalan protokol memang sengaja di habiskan, sehingga dari rumah ke TPS akan menggunakan becak-motor. biaya yang dibayarkan oleh setiap rumah Rp 2.500 per bulan, satu becak-motor bisa melayani 4 RT.
  • KKPP masih perlu kontainer yang akan diletakkan di beberapa tempat agar sampah juga tidak berhamburan
  • KKPP akan membuat draft resntra dalam satu bulan ke depan dan akan didiskusikan dengan DPRD.
  • Peraturan mengenai jam pembuangan sampah harusnya ditepati oleh masyarakat
  • Aturan yustisi berkaitan sampah akan ditegakkan (denda bila membuang sampah sembarangan)

Komisi 3 DPRD Kota dan KKPP kemudian mengunjungi calon lokasi TPA di Sambutan.

Belajar Coaching

July 7th, 2005 by timpakul · No Comments · kegiatan

Di sela-sela kesibukan kawan-kawan anggota JPL Kaltim mempersiapkan keikutsertaan dalam acara Kaltim Expo tanggal 1-7 September 2005 di Samarinda, kawan-kawan anggota JPL Kaltim memperoleh kesempatan belajar tentang “COACHING”, sebagai alternatif jalan pendekatan mendekatkan PLH ke lingkar guru dan sekolah. Dalam proses pembelajaran kali ini dihadiri 15 orang anggota JPL Kaltim, dengan Mas Panthom sebagai pelatih di pembelajaran ini.

Pembelajaran dimulai dengan roleplay, dimana 3 orang kawan menjadi fasilitator dalam sebuah acara pelatihan pendidikan lingkungan hidup. Kemudian kawan lain berperan sebagai pengamat dan anggota tim serta peserta pelatihan. Dalam roleplay ini, ditemukan beberapa sikap dan sifat kawan dalam sebuah tim. Ada yang berperan sebagai pendukung, ada yang menjatuhkan, dan ada yang memberikan solusi perbaikan.

Selanjutnya disampaikan tentang pengertian COACHING dan prinsip-prinsip yang melingkupinya. COACHING pada dasarnya merupakan serupa dengan peran pelatih olahraga, yang bertugas untuk membantu seorang atlit bisa lebih baik dan terarah. Dalam PLH diharapkan COACH bisa mewujudkan kemenangan bersama.

Pendidikan Lingkungan Hidup di Kalimantan Timur

June 1st, 2005 by timpakul · No Comments · informasi

menuju penas jpl 2007Kalimantan Timur merupakan salah satu propinsi terluas di Indonesia yang memiliki sumber daya yang sangat kaya. Pengelolaan dan pemanfaatan yang diterapkan selama ini telah memberikan kontribusi yang berdampak positif untuk pembangunan sekaligus dampak negatif berupa penurunan mutu lingkungan dalam bentuk pencemaran-pencemaran yang serius dan pengurangan luasan hutan. Kondisi ini menggambarkan bahwa konsep pengelolaan dan atau pemanfaatan yang dilaksanakan belum mencerminkan pengelolaan dan pemanfaatan yang berkelanjutan. Konsep perencanaan pembangunan yang dijadikan acuan oleh pemerintah sebagai pembuat keputusan sampai saat ini belumlah mencerminkan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan menganggap bahwa sumber daya alam yang terkandung dalam bumi nusantara ini jumlahnya tidak terbatas, dapat diperoleh gratis, dan dapat diperoleh dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting dalam meraih keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup, juga menjadi sarana yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan berkelanjutan. lbarat sebuah pelita dalam kegelapan malam, pendidikan lingkungan hadir sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian akan lingkungan. Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi yang telah rusak menjadi baik dalam waktu sekejap, melainkan membutuhkan waktu, proses dan sumber daya.

Di Kalimantan Timur Pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup non formal banyak mengusung tema-tema tentang perusakan lingkungan di sektor Kehutanan dan Tambang yang dipelopori oleh banyak LSM baik lokal maupun internasional. Kondisi saat ini, Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur, melalui Dinas Pendidikan Nasional Kaltim telah memiliki komitmen untuk pelaksanaan PLH di sekolah-sekolah pada tahun 2006. Selain itu, Bapedalda Propinsi Kalitm juga telah menganggarkan pelaksanaan lokakarya PLH tingkat Propinsi untuk tahun 2005 ini.

Untuk Pendidikan Lingkungan Hidup formal dipelopori oleh Kota Balikpapan yang mencetuskan kurikulum mutan lokal Pendidikan Kebersihan dan Lingkungan Hidup (PKLH) dan mewajibkan penerapannya di semua sekolah di Balikapapan dari tingkat SD sampai dengan SLTP tahun 2003. Dan akhirnya meskipun sebagian besar Kabupaten/Kota lainnya di Kalimantan Timur belum menampakkan niat untuk membuat Mulok yang serupa, beberapa kabupaten/kota seperti Tarakan, Samarinda dan Malinau cukup termotivasi untuk menerapkan PLH di sekolah-sekolah.